Warna-warni yang menarik serta bentuk jajanan yang
menggugah selera membuat anak-anak selalu ingin mencicipi makanan dan atau
minuman yang diinginkan.
Faktor usia menjadi salah satu alasan, mereka belum
mengetahui bahwa jajanan yang diincar sebenarnya mengandung zat berbahaya
sehingga mengancam kesehatan.
Sebenarnya bukan hanya anak-anak, siswa yang sudah
beranjak remaja pun seperti SMP dan SMA tampaknya banyak yang tidak peduli
dengan kualitas jajanan. Mereka berpikir yang penting kenyang dan hilang
dahaga.
Padahal banyak penjual yang tidak jujur saat menjajakan
dagangannya karena mereka menggunakan zat-zat berbahaya saat membuat panganan.
Tujuannya adalah agar mereka bisa memproduksi dengan harga murah tapi mendapat
keuntungan sebesar-besarnya.
Berdasarkan data dari pemantauan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), ada beberapa jajanan anak sekolah yang kerap ditambahi dengan
zat-zat berbahaya atau dalam pengolahannya tidak memperhatikan aspek
kebersihan.
"Zat kimia yang sering kita sampling adalah boraks
(pengawet non makanan dan pestisida), formalin (pengawet non makanan dan
disinfektan) dan pewarna non makanan," kata Halim Nababan, Direktur
Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM.
Kalau
boraks paling banyak pada jajanan bakso, formalin pada mi dan pewarna pada
kerupuk, gulali atau cendol. Sekarang juga mulai banyak pada pangan segar seperti
manisan atau asinan buah.
BPOM menilai penambahan zat berbahaya pada jajanan anak
biasanya dilakukan pedagang untuk menarik si anak melalui warna atau bentuk
yang lucu.
Selain itu juga agar jajan dagangannya dapat bertahan lama. Sayangnya, zat tambahan itu justru dapat berbahaya bagi tubuh, terlebih anak-anak.
Selain itu juga agar jajan dagangannya dapat bertahan lama. Sayangnya, zat tambahan itu justru dapat berbahaya bagi tubuh, terlebih anak-anak.
Berdasarkan
pantauan BPOM, jajan sekolah tidak sehat paling banyak dijual oleh pedagang
keliling yang berjualan di luar area atau pagar sekolah.
Sedangkan di kantin, BPOM berupaya bekerja sama dengan
pihak sekolah untuk dapat memberikan pengarahan pada penjaga atau pemilik
kantin.
Soal jajanan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
juga memberikan perhatian dengan meminta Kementerian Kesehatan aktif mencegah
peredaran pangan dan jajanan anak yang berbahaya karena mengandung bahan-bahan
yang seharusnya tidak ada dalam makanan seperti pewarna tekstil atau boraks.
"Ini sebetulnya harus ada kerja sama antara orang
tua dan sekolah untuk memberikan anak-anak pengertian dan mereka juga diajari
untuk mengenali pangan dan jajanan yang sehat dan tidak sehat," kata
Presiden usai rapat koordinasi upaya peningkatan pembangunan di bidang
kesehatan dengan jajaran Kementerian Kesra di gedung Kementerian Kesehatan di
Jakarta, awal Agustus 2012.
Anak-anak seringkali menjadi korban dari pangan dan
jajanan berbahaya karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang
bagaimana mengenali makanan yang berkualitas sehingga Presiden meminta anak
sekolah diberikan pengetahuan yang cukup.
BPOM dalam penelitiannya mengenai keamanan dan kualitas
pangan dan jajanan di sekitar Sekolah Dasar pada 2008 sampai 2010 menemukan
sekitar 48 persen jajanan mengandung bahan-bahan berbahaya.
Beberapa zat berbahaya yang ditemui dalam pangan jajanan
anak-anak adalah pengawet seperti formalin dan boraks maupun pewarna seperti
metanil yelow dan rhodamin B.
Selain dapat merusak ginjal dan mengganggu tumbuh kembang
anak, apabila zat-zat aditif itu terus dikonsumsi anak, dapat mengacaukan
proses pembentukan sel darah dan dapat menimbulkan penyakit kanker di kemudian
hari.
Galakkan PANJS
BPOM untuk mencegah keracunan anak-anak terhadap
jajanan menggalakkan Program Aksi Nasional Jajanan Sehat (PANJS) di
lingkungan sekolah dasar.
"Program tersebut disupervisi langsung oleh Wakil
Presiden Boediono untuk memastikan anak-anak sekolah dasar mengonsumsi jajanan
sehat," kata Kepala BPOM Pusat Lucky S Slamet.
Menurut Lucky, latar belakang penggalakan program yang
diresmikan Januari 2012 lalu itu, disebabkan kasus keracunan makanan yang
terjadi di Indonesia tertinggi dialami oleh murid-murid sekolah dasar.
Berdasarkan data BPOM yang disampaikan Lucky, sebanyak 79
persen kasus keracunan makanan terjadi di sekolah dasar. "Penyebabnya, 44
persen karena jajanan tidak memenuhi syarat kesehatan," katanya.
Oleh karena itu, BPOM melalui PANJS berusaha meningkatkan
peran komunitas sekolah dalam melakukan pengawasan dan meningkatkan kapabilitas
dalam memilah jajanan sehat di lingkungannya.
"Target kami hingga akhir 2012, adalah 18.000
sekolah dasar di seluruh Indonesia melaksanakan PANJS di lingkungannya,"
kata Lucky.
Melalui penggalakan PANJS secara intensif di lingkungan
sekolah dasar, Lucky berharap angka keracunan makanan karena jajanan tidak
sehat dapat turun dari 44 persen pada 2010 menjadi 27 persen di 2012 ini.
"Harapannya tentu saja nol persen, tapi paling tidak
kita menuju ke sana," ucapnya.
Kantor Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
Pekanbaru, Provinsi Riau terus menggencarkan penyuluhan tentang jajanan di sekolah
yang mengandung zat berbahaya dan tidak aman untuk dikonsumsi.
"BBPOM Pekanbaru mengintensifkan mobil penyuluhan
keliling tiap minggu ke tiga setiap bulan. Penyuluhan bertemakan jajanan anak
SD yanag aman, bermutu dan bergizi," kata Kepala BBPOM Pekanbaru, Fanani
Mahmud di Pekanbaru, Kamis.
Kebijakan tersebut dilakukan BBPOM Pekanbaru terkait BPOM
RI melakukan pemantauan di lebih dari 2.500 SD dan sederajat sampai di enam
provinsi, seperti Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra.
Industri rumah tangga yang memproduksi jajanan sekolah
seperti bakso menggunakan borax yakni zat berbahaya sebagai pemutih warna bakso
dan untuk mengenyalkan bakso tersebut.
"Industri rumah tangga juga menggunakan formalin zat
pengawet mayat itu untuk jajanan berbahan ikan agar tahan lama," katanya
borak dan formalin sangat berbahay jika dikonsumsi.
Berdasarkan data badan PBB, UNDP, menyebutkan sekitar
sepertiga penduduk Indonesia memiliki kemampuan berpikir di bawah rata-rata
akibat pengaruh buruk lingkungan dan pola jajan yang tidak sehat.
Mengingat begitu sulitnya memberantas jajanan tak
berkualitas di sekolah, orang tua hendaknya mengingatkan kepada putra-putrinya
untuk ikut mengawasi jajanan di sekolah, bahkan kalau perlu melarang jajan
jajanan yang mencurigakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar